Sejarah dan Keteladanan Hijrah Nabi bagi Generasi Milenial

 


Sejarah dan Keteladanan Hijrah Nabi bagi Generasi Milenial

Kalender berasal dari Bahasa Inggris yaitu Calendar kemudian diambil juga dari Bahasa Prancis yaitu Calendier dan berasal dari Bahasa Latin yaitu Kalendarium yang berarti buku catatan pemberi pinjaman uang atau bahwasannya Kalendarium dari kata Kalendae yang bermakna permulaan suatu bulan. Kalender merupakan sebuah system pengaturan dan pengorganisasian hari untuk keperluan sosial, agama, komersial ataupun kepentingan administrasi. Sedangkan kalender Qomariyah berkaitan dengan perjalanan Bulan terhadap Bumi. Selain itu ada juga Kalender Hijriah yang berkaitan dengan kepindahan Nabi Muhammad SAW dari Mekkah menuju Madinah

Pada saat itu masyarakat Kafir Quraisy tidak bisa menerima dakwah Nabi maka Nabi Muhammad SAW diperintahkan Hijrah menuju Madinah untuk melakukan pendakwahan disana. Melihat begitu kerasnya intimidasi dari kaum Quraisy, Nabi Muhammad kemudian meminta para sahabat yang sudah memeluk Islam hijrah ke Abisinia. Namun tak lama mereka berada di sana. Saat mendengar Umar bin Khattab sudah masuk Islam, sebagian dari mereka kembali ke Mekkah. Namun penyiksaan dari kaum Quraisy terhadap umat Islam tetap berlangsung. Malah semakin menjadi-jadi yang membuat Nabi Muhammad kian bersedih. Kesedihan Nabi Muhammad kian bertambah ketika dua orang terdekatnya yakni, sang istri Siti Khadijah dan sang paman Abu Thalib meninggal dunia. Hingga akhirnya turunlah perintah agar Nabi Muhammad dan umat Islam melakukan hijrah ke Yastrib yang kemudian dikenal dengan nama Madinah. Pada tahun 622 Masehi atau 13 tahun pasca kenabian, Nabi Muhammad dan umat Islam hijrah dari Mekah menuju Madinah. Mereka melakukan perjalanan hijrah secara sembunyi-sembunyi untuk menghindari kejaran kaum Quraisy. Tercatat hanya Umar bin Khattab yang melakukan hijrah secara terang-terangan.

Masyarakat Pra Islam di Arab sudah memakai Kalender bulan yang disesuaikan dengan matahari atau Iunisolar. Dimulai pada musim gugur/ setelah berkhirnya musim panas, setiap bulannya terdapat 29 dan 30 hari. Pada Kalender iunisolar terdapat bulan sisipan (bulan ke-13) atau sering disebut dengan Bulan Nasi’. Bulan Nasi’ ini sering dipakai untuk penyembahan berhala, mabuk-mabukkan, manipulasi awal bulan atau awal tahun untuk perang. Kemudian turun ayat untuk menghapuskan bulan ke-13 dalam Islam dalam QS. At Taubah ayat 36






Artinya, Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.

Arab pra Islam belum mengenal penomeran tahun, tahun ditandai dengan peristiwa yang terjaadi contoh Tahun Gajah (Tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW), tahun Huzn (Tahun duka cita) tahun pertama atau tahun izin (diizinkannya untuk berhijrah. Sedangkan penamaan-penamaan bulan berdasarkan kejadian alam yang dijelaskan sebagai berikut 

Muharram

Bulan yang diharamkan, oleh karena itu sewajibnya pada bulan itu kita tidak melakukan sesuatu yang tidak baik, seperti berperang apalagi sampai menumpahkan darah.


Shafar

Bulan Shafar artinya kosong. Dinamakan seperti itu karena pada bulan itu semua pemuda Arab dahulu pergi meninggalkan rumah sehingga pemukiman kosong dari orang laki-laki.


Rabi’ul Awal

Berasal dari kata rabi’ (menetap) dan awal (pertama), maksudnya masa kembalinya kaum laki-laki yang telah meninggalkan rumah atau merantau


Rabi’ul Akhir

Rabi’ul Akhir maksudnya masa menetapnya kaum laki-laki untuk kali terakhir.


Jumadil Awal

berasal dari kata Jumadi (kering) dan awal (pertama), dinamakan seperti itu karena bulan ini merupakan awal musim kemarau dimana mulai terjadi musibah kekeringan.


Jumadil Akhir

Artinya musim kemarau yang penghabisan.


Rajab

Rajab sendiri artinya mulia, jadi dinamakan Bulan Rajab karena bangsa Arab tempo dulu sangat memuliakan bulan ini, antara lain dengan melarang berperang.


Sya’ban

Artinya itu berkelompok, dinamakan Bulan Sya’ban karena orang Arab bulan ini lazimnya berkelompok mencari nafkah.


Ramadhan

Artinya sangat panas, mungkin Ramadhan berarti bulan dengan berbagai cobaan, sehingga kita harus sabar. Untuk diketahui, Ramadhan adalah satu-satunya Bulan yang disebut dalam Al Qur’an. Ramadhan juga dinamakan Bulan Suci karena pada bulan ini umat Islam melaksanakan ibadah puasa yang berkahnya sangat besar bagi umat yang melaksanakannya.


Syawwal

Syawal artinya kebahagiaan, sehingga Bulan Syaban artinya bulan dimana manusia kembali ke dalam fitrah (kesucian) karena usia menunaikan ibadah puasa dan membayar zakat serta bermaaf-maafan, sehingga itu membuat kebahagiaan dimana-mana


Dzulqa’dah

Berasal dari kata Dzul (pemilik) dan qa’dah (duduk). Dulu, Bulan Dzulqa’dah di Arab adalah waktu istirahat bagi kaum laki-laki Arab.


Dzulhijjah

Dinamakan seperti itu karena pada bulan ini, umat Islam melaksanakan ibadah Haji.



Terbentuknya Kalender Hijriah berawal dari Abu Musa al Asy’ari mengirim surat kepada Khalifah Umar, yang berisi antara lain “…. Umat Islam membuat tarikh tersendiri…..” selanjutnya Ummar membentuk panitia yang terdiri dari Utsman bin ‘Affan, Ali bin Abi thalib, Abdurrahman Ibn Auf, Saad Ibn Abi Waqqas, Thalhah ibn Ubaidillah, dan Zubair Ibn Awwam. Dalam pembentukan Kalender terdapat beberapa usulan yang pertana perhitungan dimulai dari tahun kelahiran Nabi (571 M), kedua turunnya wahyu pertama (610 M), Namun yang disepakati adalah usulan tahun Hijrahnya Nabi dari Mekkah menuju Madian (622 M).

Pada Bulan Muharam terdapat beberapa tradisi yaitu tradisi membuat bubur suro (bubur yang berwarna merah dan putih), Kemudian dilakukan pembacaan sholawat dan kisah Husein, ada juga yang mengkaitkan dengan Nabi Nuh. Tradisi ini dimulai saat Sultan Agung memadukan kalender Saka (perpaduan Jawa dengan Hindu) dengan kalennder Islam atau Hijriyah. Selain itu Rasulullah Muhammad SAW dan para sahabat telah memberi tauladan dengan selalu bersabar serta menahan diri dan berikhtiar semampu yang dapat dilakukan untuk bertahan hidup dengan situasi-kondisi yang sulit sekalipun. Tidak ada keraguan apalagi ketakutan yang ditampakkan oleh meraka, sikap optimis dan tawakal kepada Allah SAW yang senantiasa berkeyakinan cepat maupun lambat akan datang pertolongan Allah SWT

Komentar